02 Juli 2014

AKU DAN DIA Part 2



AKU DAN DIA
Part 2

 

“Sahabat dengan lawan jenis itu seperti bermain layangan. Tarik ulur antara sayang sebagai sahabat, atau cinta yang sesungguhnya.”

“apa kau tak ingin mencari pacar?”
Sebuah pertanyaan tajam menusuk tepat di hatiku. Apa yang ada dipikirannya? Sehingga pertanyaannya keluar begitu pedas? Ku lihat matanya, sepertinya dia serius bertanya padaku.
“carikan aku kalau begitu” Ucapku nyeplos berharap dia akan marah karena cemburu. Tapi tak berlangsung lama dia dengan semagatnya berkata “kau ingi tipe cowok seperti apa?”
OMG! Apa dia tidak peka terhadap perasaan ku? “aku tak yakin kau sanggup menemukannya” ucapku ngasal sambil pura-pura sibuk sendiri.
Dua minggu kemudian, saat kami berada di kantin dia mendatangkan seorang kakak kelas yang terkenal suka membaca. Bisa kalian bayangkan seberapa tebal kaca mata yang ia pakai? ... aku menolak.
Dia tidak menyerah, keesokan harinya dia mendatangkan seorang murid ekskul basket yang bertubuh besar. Jika aku berada di sampingnya, mungkin akan terlihat seperti pasangan adik-kakak. Dengan badannya yang penuh keringat, terlihat keren sih dari kejauhan tapi saat mendekat baunya juga menyeruak berebut masuk ke dalam lubang hidungku. Mungkin aku bisa pingsan jika berlama-lama dengannya.
Saat esok minggunya dia ingin mengajakku pergi. “apa kau tak capek menjodohkanku?” tanyaku malas saat di mobil. Dia tertawa. “siapa bilang aku menjodohkanmu hari ini? Kita rehat dulu ya?”
“lalu mengapa kau mengajakku ke bandara?” tanya ku saat kami tiba di parkiran bandara. “sepupuku dari korea akan berlibur selama beberapa bulan. Nah itu dia” ucapnya sambil menunjuk seorang laki-laki yang... bagaimana aku menggambarkannya? Dia nampak tak jauh berbeda dengan sahabtku ini, hanya matanya lebih sipit dan ... waw!! Sepupunya bisa bahasa indonesia!
“ini yoeja yang sering aku ceritakan” ucap sahabatku memperkenalkanku pada sepupunya. Apa mereka sering membicarakanku di belakang? Sejak kapan? Kenapa aku tak mengetahuinya meski 10 tahun bersahabat dengannya?
“tidak seburuk yang kau ceritakan” komentar sepupunya yang mengaku bernama yoseob itu.


“kalian membicarakan tentang ku? Apa saja yang telah kau ceritakan pada yoseob?” marahku sambil mengapit kepala sahabatku ini dengan kedua tanganku. Dia minta ampun sambil tertawa, alias tidak serius. Untung ada yoseob yang melerai “kau tak perlu marah padanya” bela yoseob.
“kenapa?” tanyaku
“karena memang benar kau nampak kejam!! Haha” ucap yoseob sambil berlari besama dengan sahabatku itu.
“kalian! Awas kalian!” teriakku sambil berlari mengejar mereka.
Aku merasa sahabatku berwujud ganda, yoseob nampak seperti sahabatku yang sudah 10 tahun ku kenal. Apakah cintaku pada sahabatku juga bisa merambat pada yoseob, sepupunya?.



Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar