AKU DAN DIA
Part 2
“Sahabat dengan lawan jenis itu seperti
bermain layangan. Tarik ulur antara sayang sebagai sahabat, atau cinta yang
sesungguhnya.”
“apa kau tak
ingin mencari pacar?”
Sebuah pertanyaan
tajam menusuk tepat di hatiku. Apa yang ada dipikirannya? Sehingga pertanyaannya
keluar begitu pedas? Ku lihat matanya, sepertinya dia serius bertanya padaku.
“carikan aku
kalau begitu” Ucapku nyeplos berharap dia akan marah karena cemburu. Tapi tak
berlangsung lama dia dengan semagatnya berkata “kau ingi tipe cowok seperti
apa?”
OMG! Apa dia
tidak peka terhadap perasaan ku? “aku tak yakin kau sanggup menemukannya”
ucapku ngasal sambil pura-pura sibuk sendiri.
Dua minggu
kemudian, saat kami berada di kantin dia mendatangkan seorang kakak kelas yang
terkenal suka membaca. Bisa kalian bayangkan seberapa tebal kaca mata yang ia
pakai? ... aku menolak.
Dia tidak
menyerah, keesokan harinya dia mendatangkan seorang murid ekskul basket yang
bertubuh besar. Jika aku berada di sampingnya, mungkin akan terlihat seperti
pasangan adik-kakak. Dengan badannya yang penuh keringat, terlihat keren sih
dari kejauhan tapi saat mendekat baunya juga menyeruak berebut masuk ke dalam
lubang hidungku. Mungkin aku bisa pingsan jika berlama-lama dengannya.
Saat esok
minggunya dia ingin mengajakku pergi. “apa kau tak capek menjodohkanku?”
tanyaku malas saat di mobil. Dia tertawa. “siapa bilang aku menjodohkanmu hari
ini? Kita rehat dulu ya?”
“lalu mengapa
kau mengajakku ke bandara?” tanya ku saat kami tiba di parkiran bandara. “sepupuku
dari korea akan berlibur selama beberapa bulan. Nah itu dia” ucapnya sambil
menunjuk seorang laki-laki yang... bagaimana aku menggambarkannya? Dia nampak
tak jauh berbeda dengan sahabtku ini, hanya matanya lebih sipit dan ... waw!! Sepupunya
bisa bahasa indonesia!
“ini yoeja
yang sering aku ceritakan” ucap sahabatku memperkenalkanku pada sepupunya. Apa mereka
sering membicarakanku di belakang? Sejak kapan? Kenapa aku tak mengetahuinya
meski 10 tahun bersahabat dengannya?
“tidak
seburuk yang kau ceritakan” komentar sepupunya yang mengaku bernama yoseob itu.
“kalian
membicarakan tentang ku? Apa saja yang telah kau ceritakan pada yoseob?”
marahku sambil mengapit kepala sahabatku ini dengan kedua tanganku. Dia minta
ampun sambil tertawa, alias tidak serius. Untung ada yoseob yang melerai “kau
tak perlu marah padanya” bela yoseob.
“kenapa?”
tanyaku
“karena memang
benar kau nampak kejam!! Haha” ucap yoseob sambil berlari besama dengan
sahabatku itu.
“kalian! Awas
kalian!” teriakku sambil berlari mengejar mereka.
Aku merasa
sahabatku berwujud ganda, yoseob nampak seperti sahabatku yang sudah 10 tahun
ku kenal. Apakah cintaku pada sahabatku juga bisa merambat pada yoseob,
sepupunya?.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar