03 Maret 2016

Catatan Hati Seorang Guru: Sarang Kejahatan

Selamat malam...

entah kenapa saya bisa menulis judul seperti ini. memangnya di sekolah sumbernya kejahatan? tentu tidak, justru di sekolah ini harusnya melurukan tindakan-tindakan kejahatan. dulu aku mengira anak usia dini paling jahat itu kalau lagi ganggu temannya sampai menangis, atau mengutarakan kemarahannya lewat fisik ke gurunya. ternyata ada dua macam lagi yang aku temukan di sekolah pusat yang sudah aku tempati hampir 5 bulan ini... miris

padahal 3 bulan magang di sekolah cabang tidak pernah sekalipun aku menemukan tindak kejahatan seperti ini. tindakan kejahatan itu lagi-lagi penyebabnya adalah soal materi alian uang.. ya ampunn.. mereka masih sangat kecil untuk memperebutkan sesuatu yang bukan miliknya.. uang yang mereka bawa ke sekolah, sebenarnya adalah milik orang tua mereka.
berawal dari memergoki seorang anak A yang dua kali telah membuka tas temannya saat menunggu jemputan. tuh kan tasnya asal numpuk di luar, dekat area bermain out door. karena dulu masih baru, jadi belum hafal tas anak-anak, hanya mengingat tas beberapa anak saja. kebetulan tas A ini aku hafal bgt, karena waktu itu dia minta benerin resletingnya yang mau rusak.

mergokin sekali, aku gak ada prasangka. malah aku mengira dia punya tas baru. tapi waktu aku tanya, dia merespon dengan wajah cemberut dan lanjut main lagi. baru sadar itu bukan tasnya, saat anak pemilik tas yang sesungguhnya dijemput dan menggendong tas itu. loh..

mergokin kedua kali, aku makin curiga. lagi-lagi dia kepergok dengan wajah cemberut lalu main lanjut main lagi. waktu itu rasanya pingin aku interogasi sendiri, tapi aku bukan guru kelasnya. cuman guru pembantu tetangga kelasnya...

saat mau ngelaporin ke guru kelasnya dia, ternyata udah dapat kabar kalau infaq di kelas PG menghilang. tempat infaq itu sendiri aslinya hanya toples bening bekas jajan. jadi tiap ada uang, pasti kelihatan. karena adek PG pulangnya bertepatan dengan waktu istirahat TK A, jadi saya pribadi gak pernah istirahat di dalam kelas. kami istirahat selalu di luar sekalian mengawasi anak-anak bermain outdoor.

akhirnya hari itu juga menjelang pulang sekolah, anak-anak diminta jujur mengakui. dan entah gimana hasilnya, karena saya menunggu anak dijemput diluar jadi gak bisa lihat dia disidang. hanya tahu tiba2 si A tadi keluar dengan mata basah. semenjak itu, tiap pagi saat nyambut anak-anak saya musti tanya dia apa dibawakan uang? kadang gak kadang iya. dan semenjak itu juga, uang infaq alhamdulillah gak pernah hilang. 

lalu bagaimana dengan anak B?? gak jauh beda. jenisnya meminta secara paksa alias malak. korbannya adalah anak A yang saya ceritakan di atas tadi. ceritanya baru ketahuan tadi pagi di sekolah saat jam pilar. tiba2 si A berbisik padaku kalau uangnya ada di B. saya tanya balik berapa jumlahnya?

kenapa saya tanya begitu? karena tiap anak pasti ingatkan bentuk dan jumlah uang yang dimilikinya. lalu dia menjawab jenis uang kertas sebesar sekian ribu. lalu diam-diam saya dekati anak B dan bertanya apa uang A ada di dia? dia jawab jujur. saya suruh kembalikan, dan lain kali minta mama aja.

tapi sampai jam istirahat makan tiba, saya ingatkan lagi. sudah dikembalikan? dia berbohong dan bilang iya. padahal si A aku tanya ternyata belum dikembalikan. akhirnya saya rogoh paksa saku bajunya dan benar2 menemukan uang kertas persisi seperti penuturan si A. lalu si guru kelas mereka melihat gelagat kejahatan dan bertanya apa yang terjadi. ujung-ujungnya mereka dimarahin oleh guru kelas mereka.

huh... rumit. di satu sisi kita dilarang menyalahkan anak, hanya boleh menyalahkan perbuatan mereka yang keliru. saya heran sama orang tua mereka, apa tak pernah bisa menyisihkan barang 2 ribu ke anak mereka supaya kejahatan itu tidak terjadi? padahal mereka melakukan kejahatan itu karena satu alasan. INGIN MEMBELI JAJAN...

guru kelasnya juga menurut saya kurang ada perhatian, jadi baru sadar saat ada yang hilang saja. padahal kebutuhan, kesukaan, kebiasaan anak itu bisa diperhatikan lagi, agar jika terlihat sesuatu yang janggal bisa langsung ditanggulangi. semoga kejadian ini tak akan terulang lagi di kehidupan dewasa mereka, tak akan tertular juga pada anak-anak usia dini lainnya, amin...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar