19 Mei 2016

Catatan Hati Seorang Guru: Kenapa Berteriak?

Assalamualaikum..

siapa tidak mengenal anak usia dini? yang selalu disangkutkan dengan keceriaan tingkah dan suara menggemaskan. bahkan kelakuan konyolnya selalu membuat orang dewasa yang melihatnya ikut tertawa. karena mereka suka kebebasan, makanya kerjanya full 24 jam hanya untuk bermain.

tak salah jika saat bermain, saking asyiknya sampai mengeluarkan berbagai suara tanpa disadarinya. apalagi untuk berteriak, itu satu hal biasa yang spontan mereka keluarkan. tapi, bagaimana jika keterusan hingga masuk waktu belajar?

di kurikulum, bagian "karakter" tertulis berbicara sopan pada orang yang lebih tua. sopan yang seperti apakah sepantasnya anak TK?


di sekolah, kami membiasakan untuk berbicara 3 kalimat ajaib "minta tolong" "minta maaf" "terima kasih". selain itu juga kalimat "permisi" jika melewati orang yang lebih tua. semua diucapkan dengan santun dan ketulusan dari si anak. tapi apakah mengucapkan dengan teriak termasuk tulus??

di sekolah, ada satu anak yang perkembangan bahasanya di luar kemampuan. yang aku tau dia mampu mengungkapkan bahasa dengan baik, saking baiknya sampai terkesan blak-blakan. bahkan dengan gurunya sekalipun, dia sangat kritis. ini baik sekali jika terus dikembangkan hingga bangku kuliah.

tapi sayangnya dia mengutarakan isi hatinya selalu dengan berteriak. otot lehernya sampai keluar semua. bahkan wajahnya yang putih sampai berubah merah jika dia ngotot menyampaikan sesuatu. berulang kali saya sampaikan jika "bicaranya pelan-pelan aja, ustadzah dengar kok dari sini" tapi pesan saya seakan jadi angin lalu, dan dia tetap berteriak jika berbicara hal sepele sekalipun.

suatu hari saat sedang pengayaan, anak-anak duduk saling berjauhan satu sama lain. saya dekati mejanya dan saya tanya "kenapa mas R*** selalu teriak-teriak ke ustadzah? kan ustadzah gak marah-marah" dia jawab dengan ceplos "lahh.. gk didenger se"

jawabannya membuat saya harus koreksi ulang, apakah saya pernah mengabaikannya? saya pernah agak kerepotan jika pagi hari sebelum pelajaran/ siang waktu istirahat beberapa anak menggerubungi saya dan masing-masing saling bercerita. saya tanggapi lebih dulu yang ceritanya jelas. "ooohh.. yaa". tapi bagi yang ceritanya sepotong2 gak jelas biasanya saya nomor duakan agar bisa saya tanyai lebih lengkap. jika anak yang gak sabar, biasanya gak jadi cerita dan langsung pergi untuk main. sungguh saya gak pernah sengaja mengabaikan mereka. hanya butuh waktu untuk fokus di beberapa anak.

lalu siapa yang mengabaikan? krn mamanya juga mengeluh demikian. bisa saja dari pihak keluarganya? Wallahu a'lam

yang pasti saya langsung minta maaf sama anaknya kalau semisal saya pernah mengabaikannya. dan saya minta dia untuk bicara pelan-pelan kepada semua ustadzah mulai hari itu. semoga saja dia sabar jadi murid saya. dan saya pun sabar jadi gurunya hehehe :)

Wassalamualaikum...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar