Cast:
Kimmy
Yoseob
Sunmi
Mark
Saat ini entah apa yang ada
dipikiranku, aku hanya ingin menjauh dari rumahku. Setiap orang pasti lebih
memilih tinggal nyaman di dalam rumah, tapi berbeda denganku. Aku bahkan tak
sudi menginjakkan kakiku di sana. Bukan karena aku diusir, aku bahkan tinggal berdua
dengan kakakku Sunmi di rumah peninggalan orang tuaku itu. Tapi yang bikin
hatiku miris adalah Sunmi harus menikah dengan mantan pacarku. Bukan! Kita
bahkan belum menyatakan berpisah.
Saat itu, aku dan Mark akan
merayakan hubungan kami yang sudah jalan 10 tahun. Sebenarnya 10 tahun itu
bukan masa pacaran saja. Karena ini bermula waktu awal sekolah menengah pertama,
kami hanya berteman dekat. Lalu pindah ke sekolah menengah atas lagi-lagi kita
sekelas dan itu membuat kita jadian di saat menjelang ujian akhir. Hubungan
kita berjalan baik-baik saja saat kuliah, satu kampus namun beda jurusan,
hingga akhir menjelang skripsi tepat 10 tahun kita akan merayakannya di sebuah
kafe, nyatanya dia tak kunjung datang meski aku menunggu hingga kefe itu tutup.
Keesokan harinya aku tahu bahwa Mark
lebih memilih hang out ke luar kota bersama kawan-kawan pencinta alam yang ia
geluti selama kuliah. Apa aku terlalu kejam padanya? Tidak! Justru dia yang
terlalu kejam, karena semenjak dia bergabung dengan grup pencinta alam, dia
bahkan tidak punya waktu luang untukku. Sejak peranyaan 10 tahun itu adalah
puncak kemarahanku dan aku tak pernah menghubunginya. Ia pun juga tak pernah
menghubungiku, kita terjebak tanpa ada komunikasi dan tanpa ada kata putus.
Tapi setelah aku wisuda dan bekerja
di perusahaan peninggalan ayah dan ibu selama beberapa tahun, tiba-tiba dia
muncul mengaku sebagai pacar Sunmi-kakakku yang notabene adalah presdir di
perusahaan keluarga ini. Tepat di pesta ulang tahun perusahaan yang ke 20, saat
semua pemegang saham dan karyawan datang Sunmi memperkenalkan bahwa Mark adalah
pacarnya dan mereka akan menikah dalam waktu dekat.
Aku tidak patah hati, aku hanya
belum mampu menerima Mark yang awalnya orang yang ku cintai harus masuk lagi ke
kehidupanku sebagai calon kakak iparku nanti. Karena ketidak siapanku ini, aku
lebih memilih mengambil paket liburan ke Eropa sebagai pelarianku ini. Sebut
saja aku pengecut di sini, terserah!
***
Perjalanan yang jauh, membuat
pesawat yang ku naiki harus transit di beberapa negara. Dan selama itupun aku
menangis sesunggukan hingga membuat kedua mataku bengkak dan mataku terlihat
sipit seperti orang korea. Tiba-tiba penumpang baru yang duduk di sampingku
berkata dengan bahasa yang tak ku kenal “annyeonghaseo…” sambil membungkukkan
badannya beberapa senti. Lalu duduk dengan santai di sampingku dan berbicara
lagi “ooddiisoe?” perkataannya membuat aku bingung harus menjawab apa dan
kuputuskan untuk membuka kaca mata hitamku. “aaahhhh…aigo aigo..” dia berteriak
seperti terkaget karena sambil memegang dadanya lalu bertanya padaku dengan
bahasa inggris. “ku kira kau dari seoul”. Aku hanya diam, karena sedang tidak
mood untuk menyebar keramahan pada orang asing. “apa kau akan ke paris?”
tanyanya lagi dengan semangat, kali ini dia sambil mengutak-atik handphonenya.
Apa dia tak tahu tujuan pesawat ini akan turun? Mengapa masih Tanya lagi
batinku rebut karena tetangga perjalananku ikut rebut. Padahal kenyataannya aku
masih terdiam sambil memandang jendela pesawat yang terlihat biru dan putih
dimana-mana.
“Apa kau mengenalku? Apa kau malu
duduk denganku? Kenapa dari tadi diam? Aku harap kau bisa duduk tenang dan
menikmati perjalanannya” ucapnya ngalur ngedul membuatku pusing saja. Aku hanya
membalasnya dengan tatapan datar, eh aku lupa kalau aku memakai kaca mata
hitam. Dia pasti tidak melihatku yang sudah muak dan hampir muntah mendengarnya
cerewet. Karena selain berkata denganku, dia juga bercakap-cakap sedikit dengan
kedua temannya yang duduk di depan kami.
Menjelang larut, para pramugari
menawarkan berbagai macam makanan. Aku lagi tak nafsu makan, sehingga aku tak
memesan apapun. Berbeda dengan penumpang disebelahku yang dengan lahabnya makan
dengan sumpit di sebelah kirinya. Di tengah-tengah makannya dia mencolek
lenganku dan berkata “bangunlah, apa kau tidak ingin makan sesuatu?” ucapnya
sambil sibuk mengunyah mengunyah. Apa? Apa karena aku memakai kaca mata hitam
dia mengira aku tidur sepanjang hari? Ckckck.
Hendak marah padanya, tiba-tiba dia
berkata sesuatu “jika kau marah pada sesuatu, maka kau tak boleh
melampiaskannya pada makanan”. Aku tercenung dibuatnya, “bagaimana mungkin saat
kau mempunyai masalah, kau sanggup….hhuuueeeekkk hmmmp….” Selatku yang
tiba-tiba disusul dengan keinginan mengeluarkan sesuatu dari mulutku sendiri.
Aku menahannya dengan kedua tanganku lalu berdiri dan berlari ke arah toilet.
Setelah membuang hajatku di toilet, aku jadi menyesal sendiri mengapa tiba-tiba
ingin muntah di saat tetangga perjalananku sedang makan. Saat menyesal sendiri
di toilet sambil mendorong cermin dengan kepalaku, tiba-tiba ada yang mengetuk
pintu toilet “apa aku terlalu lama di dalam?” tapi betapa kagetnya saat hendak
keluar dari pintu toilet, sebuah tangan telulur berisi dua cup teh yang hangat
mengepul di depan wajahku. “aku kira kau tak enak badan?” tanpa sadar aku
menerima tehnya, lalu dia mendorongku untuk segera kembali duduk.
Setelah meminumnya beberapa teguk,
aku menoleh padanya. Kali ini tanpa ada kaca mata hitam lagi yang menutup kedua
mataku, dan dia memandangku dengan heran. “kenapa kau baik padaku?” lelaki itu
hendak menjawab tapi sudah kuselat lebih dulu. Kali ini dengan berbagai macam
pertanyaan beruntun tanpa jedah. “apa aku terlihat kasihan? Makanya kau mau
menolongku?” “apa kau menolongku hanya untuk memanfaatkanku saja?” “setelah
tahu sifat burukku nanti, apa kau juga akan pergi seperti mark?” “hahaha” aku
tertawa terbahak-bahak tanpa bisa ku kendalikan. “aku yakin kau juga sama
seperti mark yang pergi” “aku yakin kau akan pergi menemui wanita yang lebih
cantik di luar sana” “apa aku kurang cantik?” “tolong jawab aku, apa aku kurang
cantik?huhuhu” lalu tawaku terganti oleh tangisanku sendiri. Aku baru sadar
kalau sejak tadi aku memakai bahasa ibuku, jadi aku yakin tetangga perjalananku
tak faham apa yang aku katakan. “yes, you Beauty (sebutan fans Beast)” jawabnya
dengan wajah kaget di sela-sela tangisanku.
***
Dan tangisanku ini membuatku terlelap
dengan pulas hingga ke esokan paginya. Tepat saat pesawat telah mendarat beberapa
detik yang lalu, aku baru sadar dan membuka mataku yang bengkak dan tidak
menemukan teman perjalanan di sebelah. Terlihat beberapa penumpang tampak ramai
akan turun dari pesawat dengan tergesa-gesa. Apa aku hanya bermimpi? Huh, mana
ada laki-laki yang melihatku dengan mata bengkak ini dan menyebutnya dengan
beauty (cantik)? Batinku sambil meneruskan perjalanan menuju hotel yang telah
ia pesan.
Di tempat lain…
“hyung, apa kau bisa tidur nyenyak
semalam?” Tanya seseorang pada cowok berwajah imut ini. “berhentilah berbicara,
aku telah melayani seorang B2uty semalam” jawabnya sambil memakai penutup mata,
dia akan tidur sebentar sebelum sampai di tempat konser. “apa? Bahkan sampai ke
paris pun b2uty masih mengenal kita ya?” ucapnya bangga. Seorang lagi menyahut
“jelas dong, apalagi kita akan konser ke paris, itu adalah salah satu celah
fans untuk bisa dekat dengan kita” “sudah hentikan omong kosong kalian, memang
kau melayani apa yoseobie?” Tanya seorang lain yang sipit tanpa lipatan mata.
“aku telah menjadi tempat curhatnya semalaman” jawab yoseob sambil tetap
menutup matanya. “apa? Jadi kalian mengobrol dengan bahasa inggris? Wah,
hyungku ini hebat sekali” puji dongwoon si maknae. “tidak juga. Awalnya dia
memakai bahasa inggris, tapi lama-kelamaan dia memakai bahasa ibunya. Entah
dari negara mana dia berasal, tapi sepertinya dia masih orang asia. Sudah,
biarkan aku tidur sejenak. Jangan ajak aku ngobrol” ancam yoseob.
Setelah semua sepi, yoseob malah
memikirkan perjalanannya seharian dengan perempuan asing. Bukan, dia adalah
penggemar yang patut dilayani. “dia bahkan tertawa dan menangis di depanku
dengan mata bengkaknya” batin yoseob mengenang wajah perempuan itu. Tiba-tiba
suara tawa yoseob terdengar. “wkwkwkkk…” “hyung, katanya mau tidur”
***
Setelah di hotel, kimmy membersihkan
badannya dan segera keluar jalan-jalan. Tapi betapa bodohnya kimmy yang salah
memakai kostum. Karena saat ini di paris sedang musim gugur yang artinya angin
musim dingin terasa sekali bertiup bebas di sekitar telinga dan lehernya yang
kosong tanpa syal. Sambil melihat GPSnya, kimmy menyusuri berbagai jalan
berkelok-kelok untuk menemukan toko pakaian. Dia berniat ingin membeli sebuah
syal untuk perjalanannya selama di paris ini. Tapi tiba-tiba hpnya bergetar dan
menemukan sebuah sms dari sunmi kakaknya.
“kimmy, sedang dimana kau? Kenapa
dua hari ini tak pulang? Balas smsku segera” ternyata kimmy masih marah dengan
kakaknya, sehingga dia mematikan hpnya dengan paksa. Padahal dia tahu, dia
membutuhkan GPS untuk pulang ke hotel, tapi demi menghindari kakaknya dia
akahirnya tersesat.
Kimmy tetap meneruskan perjalanannya
tanpa tahu di jalan apa dia berada sekarang. Hingga sebuah sorakan ramai memenuhi
telinganya. “sepertinya ada konser” batin kimmy senang dan menghampiri sumber
suara itu. Ternyata itu adalah konser jalanan yang penontonnya kebanyakan perempuan
bergerombol di tepi panggung yang tingginya hanya selutut. “artis jalanan yang
hebat, sampai bisa membuat penonton berkumpul sebanyak itu” batin kimmy hingga
sebuah sapaan terdengar di panggung “so Beast, annyeonghaseo Beast imnida”.
“annyeong? Sepertinya aku pernah mendengar kalimat itu” batin kimmy, kimmy
terpaksa menjinjitkan badannya untuk melihat siapa yang ada di atas panggung
buatan itu. Ternyata benar, ada enam cowok berdiri di atas panggung. Salah
satunya adalah cowok yang kimmy temui di pesawat. Cowok yang baru telihat
ganteng saat dia bernyanyi di atas panggung, kimmy baru menyadari itu. Kimmy
terkaget saat mata itu bertemu dengan matanya, hanya beberapa detik saja. Dan
cowok itu makin mengembangkan senyumnya. “apa dia mengingatku?” batin kimmy
gusar
Di atas panggung..
“sepertinya itu wanita yang sama
dengan di pesawat” ujuar pria berkaca mata sambil berbisik. Maklum, saat ini
mereka berdiri di atas panggung mini dadakan. Banyak penggemar perempuan
berdesakan, trik ini dilakukan sebelum konser yang sebenarnya digelar besok
malam. Yang dibisiki hanya memberi senyum lebar, “apa kau punya ide?”
Tiba-tiba MC memberi tahu bahwa akan
ada kejutan untuk penonton yang beruntung. “siapa yang tahu, pukul berapa Beast
sampai di bandara?” Tanya mc yang membuat suasana makin rebut. Kimmy yang
hampir tertelan oleh gelombang penonton itu, berniat hendak keluar menjauh dari
rombongan. “pertanyaan macam apa itu? Pasti semua orang tahu” tapi niatnya
terhambat oleh suara lembut yang dikenalnya “boleh aku memilih penonton?” yang
diberi anggukan, lalu yoseob memilih “karena hari ini aku memakai baju cream,
maka perempuan di sebelah sana!” kimmy yang merasa dipanggil oleh mc akhirnya
berbalik lagi menghadap panggung. “me?” Tanya kimmy tak yakin.
Akhirnya dengan beberapa bantuan,
kimmy bisa mencapai panggung. Mc bertanya mengapa dia memakai kaos berwarna ini?
Apa kau sengaja? “tidak, aku telah ganti tadi di hotel” jawab kimmy rada gagu.
Akhirnya mc bertanya nama dan asal negara, “my name is Kimmy from Indonesia” MC
bertanya lagi apa kau mengikuti beast hingga ke sini? “tidak, aku hanya sedang
berlibur” “jadi apa kau tahu jawabannya?” “mm.. sekitar pukul 06.00 pagi” tebak
kimmy ngawur. “yah.. kamu benar, Beast apa kalian punya hadiah?” Tanya mc yang
membuat yoseob langsung berdiri “aku hanya punya ini” ucap yoseob sambil
melepas syal yang ia punya dan memakaikannya pada leher kimmy. “don’t cry”
bisiknya lagi sambil merentangkan tangannya. Kimmy langsung menghambur membalas
pelukan hangat milik yoseob, pelukan hangat di musim gugur ini.
“kita boleh menangis saat terluka,
tapi yakinilah bahwa akan ada pelukan dan senyuman hangat yang akan mengobati
luka itu”
Note: ff ini aku dedikasikan untuk
para B2UTY yang setia di seluruh dunia, aku harap kalian tetap cinta Doojoon,
Hyunseung, Junhyung, Yoseob, Gikwang, Dongwoon meski nama BEAST sudah
terlupakan oleh boyband-boyband baru.
Album solo mereka #Caffein #Flower #MY #Kimishika, aku
harap yang lain menyusul. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar