24 Juni 2015

REVIEW: JURAI

Annyeonghaseo…

Aku kembali dengan me-review novel lagi, horee! Setelah kemarin bedah novel terjemahan, kali ini aku bedah sedikit karya anak bangsa. Guntur Alam asli Tanah Abang, Sulawesi Selatan.


JURAI, sebuah kisah keluarga di pedalaman sana dan segala liku kehidupannya. Jadi semua anggota menjadi pemeran utamanya, khususnya anak laki satu-satunya yang paling sulung yaitu Catuk.


Halaman awal kita disugukan dengan kabar menggemparkan. Karena keluarga yang tergolong menengah ke bawah ini, tiba-tiba ditinggal pemimpin keluarga mereka yaitu Ebak alias bapak mereka. Bagaimana konflik mereka digambarkan dengan gamblang karena sumber kehidupan satu-satunya berada di sana.

Catuk yang anak laki satu-satunya itu terpaksa harus menguatkan diri saat kabar itu menimpa sepulang sekolah. Siswa kelas lima sekolah dasar itu harus memimpin keluarganya, menggantikan sosok ayahnya. Selain kabar duka itu, masih banyak kabar buruk menimpa mereka. Sehingga dengan penuh pengorbanan, Emak atau ibunya turut menjalani dua peran sekaligus. Menjadi pencari nafkah, juga mengurus rumah tangga.

Untung di samping Catuk, selalu ada kesembilan teman setianya. Saking setianya mereka memiliki nama yaitu Pasukan Porseni. Ini dibuat karena kelompok ini dengan semangat yang gigih berjuang mempersiapkan PORSENI setingkat kecamatan. Jika mereka menang, mereka bisa berangkat bersama-sama ke kota untuk tanding ke tingkat lebih tinggi. Hal ini terlihat dengan kebersamaan mereka mempersiapkan segala sesuatu yang dipersiapkan, mulai dari sepatu, raket, sampai kuncit rambut.


Hingga sosok Dewi menggetarkan hati Catuk dan timbullah cinta monyet selama mereka menyelesaikan porseni. Baik tingkat kecamatan atau tingkat kota yang membuat banyak kenangan mereka bertambah.
Konflik juga terjadi saat dua kakak perempuan kembar Catuk hendak melanjutkan sekolah SMA ke kota. Mereka kebingungan dengan biaya dan tanggungan hidup di sana. Sampai-sampai ke-empat saudara ini nyambi mencari uang untuk ditabung tanpa sepengetahuan Ebaknya. Hingga Emaknya tahu dan memberi solusi dengan berjualan di depan rumah saja.

Tak habis disitu, mereka juga mendapat banyak fitnah serta gunjingan karena menyuruh anak-anaknya berjualan. Padahal ini kemauan anak-anak sendiri untuk menambah uang bekal sekolah SMA. Hingga Ebtanas itu tiba dan Emak memutuskan untuk pindah ke kota menemiani kedua anaknya sekolah sambil kerja di sana. Betapa kaget keluarga besar, dan teman-teman Catuk. Karena dengan kabar itu, sama artinya dengan meninggalkan desa tersebut. Sebab Catuk sebagai pengganti Ebaknya, dia wajib menjaga anggota keluarganya itu.

Akhirnya dengan terpaksa Catuk hijrah ke kota dengan tekat mengubah nasibnya bersama emak dan kakak-kakaknya. Dengan bersekolah setinggi-tingginya tanpa memandang jenis kelamin Perempuan maupun laki-laki sama saja.

Secara keseluruhan novel ini bagus, karena udah bikin pipi aku basah karena menangis. Jadi bagi kalian yang ingin tahu lebih banyak, segera cari bukunya ya! Bye bye


Tidak ada komentar:

Posting Komentar