Annyeonghaseo…
Aku kembali
dengan me-review novel lagi, horee! Setelah kemarin bedah novel terjemahan,
kali ini aku bedah sedikit karya anak bangsa. Guntur Alam asli Tanah Abang,
Sulawesi Selatan.
JURAI, sebuah
kisah keluarga di pedalaman sana dan segala liku kehidupannya. Jadi semua
anggota menjadi pemeran utamanya, khususnya anak laki satu-satunya yang paling
sulung yaitu Catuk.
Halaman awal
kita disugukan dengan kabar menggemparkan. Karena keluarga yang tergolong
menengah ke bawah ini, tiba-tiba ditinggal pemimpin keluarga mereka yaitu Ebak
alias bapak mereka. Bagaimana konflik mereka digambarkan dengan gamblang karena
sumber kehidupan satu-satunya berada di sana.
Catuk yang
anak laki satu-satunya itu terpaksa harus menguatkan diri saat kabar itu
menimpa sepulang sekolah. Siswa kelas lima sekolah dasar itu harus memimpin
keluarganya, menggantikan sosok ayahnya. Selain kabar duka itu, masih banyak
kabar buruk menimpa mereka. Sehingga dengan penuh pengorbanan, Emak atau ibunya
turut menjalani dua peran sekaligus. Menjadi pencari nafkah, juga mengurus
rumah tangga.
Untung di
samping Catuk, selalu ada kesembilan teman setianya. Saking setianya mereka
memiliki nama yaitu Pasukan Porseni. Ini dibuat karena kelompok ini dengan
semangat yang gigih berjuang mempersiapkan PORSENI setingkat kecamatan. Jika
mereka menang, mereka bisa berangkat bersama-sama ke kota untuk tanding ke
tingkat lebih tinggi. Hal ini terlihat dengan kebersamaan mereka mempersiapkan
segala sesuatu yang dipersiapkan, mulai dari sepatu, raket, sampai kuncit
rambut.
Hingga sosok
Dewi menggetarkan hati Catuk dan timbullah cinta monyet selama mereka
menyelesaikan porseni. Baik tingkat kecamatan atau tingkat kota yang membuat
banyak kenangan mereka bertambah.
Konflik juga
terjadi saat dua kakak perempuan kembar Catuk hendak melanjutkan sekolah SMA ke
kota. Mereka kebingungan dengan biaya dan tanggungan hidup di sana.
Sampai-sampai ke-empat saudara ini nyambi mencari uang untuk ditabung tanpa
sepengetahuan Ebaknya. Hingga Emaknya tahu dan memberi solusi dengan berjualan
di depan rumah saja.
Tak habis
disitu, mereka juga mendapat banyak fitnah serta gunjingan karena menyuruh
anak-anaknya berjualan. Padahal ini kemauan anak-anak sendiri untuk menambah
uang bekal sekolah SMA. Hingga Ebtanas itu tiba dan Emak memutuskan untuk
pindah ke kota menemiani kedua anaknya sekolah sambil kerja di sana. Betapa
kaget keluarga besar, dan teman-teman Catuk. Karena dengan kabar itu, sama
artinya dengan meninggalkan desa tersebut. Sebab Catuk sebagai pengganti Ebaknya,
dia wajib menjaga anggota keluarganya itu.
Akhirnya dengan
terpaksa Catuk hijrah ke kota dengan tekat mengubah nasibnya bersama emak dan
kakak-kakaknya. Dengan bersekolah setinggi-tingginya tanpa memandang jenis
kelamin Perempuan maupun laki-laki sama saja.
Secara keseluruhan
novel ini bagus, karena udah bikin pipi aku basah karena menangis. Jadi bagi
kalian yang ingin tahu lebih banyak, segera cari bukunya ya! Bye bye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar