07 Juni 2015

TEORI PENDIDIKAN di TK

 

Pengertian Belajar
Banyak para ahli yang menafsirkan bahwa belajar merupakan taraf menuju kedewasaan. Akan tetapi, hasil dari belajar tidak hanya dipengaruhi faktor pendidik saja. Tetapi faktor peserta didik juga mempengaruhi hasil dari belajar. Pada dasarnya belajar adalah proses perubahan yang terus-menerus terjadi dalam diri individu yang tidak ditentukan oleh keturunan.
Apa yang dipelajari dan bagaimana kondisi belajar adalah dua aspek yang penting dalam proses belajar. Guru sebagai orang yang mengatur proses belajar harus merancang, memilih, dan menata peristiwa di luar diri anak serta sekaligus mengawasinya.


Aspek lain yang perlu diperhatikan guru adalah memahami yang belajar dan situasi belajar. Adapun ciri-ciri belajar, yaitu:
1.            Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus-menerus. Contohnya: belajar membaca lalu dapat membaca. Setelah membaca maka pengetahuannya bertambah.
2.            Belajar adalah perbuatan sadar karena itu setiap peristiwa belajar selalu mempunyai tujuan. Proses belajar selalu mempunyai arah tujuan secara sadar, guru yang mengajar selalu mempunyai tujuan.
3.            Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku yang mengintegrasikan semua aspek antara lain: norma, fakta, sikap, pengertian, kecakapan, dan keterampilan.

Fungsi dan Tujuan TK

Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal
Di TK, siswa diberi kesempatan untuk belajar dan diberikan kurikulum pembelajaran yang sesuai dengan usia pada tiap-tiap tingkatannya. Siswa diajarkan mengenai hal-ihwal berikut ini:
·             Agama,
·             Budi bahasa,
·             Berhitung,
·             Membaca (mengenal aksara dan ejaan),
·             Bernyanyi,
·             Bersosialisasi dalam lingkungan keluarga dan teman-teman sepermainannya, dan
·             Berbagai macam keterampilan lainnya.


Tujuan TK adalah meningkatkan daya cipta anak-anak dan memacunya untuk belajar mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan melalui pendekatan nilai budi bahasa, agama, sosial, emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni, dan kemandirian. Semua dirancang sebagai upaya mengembangkan daya pikir dan peranan anak dalam hidupnya. kegiatan belajar ini dikemas dalam model belajar sambil bermain.

                                                                          
Teori Belajar

Berikut beberapa teori, yaitu:
ü  Teori Thorndike (Koneksionisme Bond Psychology) adalah seorang tokoh dalam psikologi pendidikan yang besar pengaruhnya. Yang menjadi dasar belajar ialah asosiasi: antara kesan panca indera dengan simpul untuk bertindak. Belajar adalah sifat trial and error artinya usaha dan kegagalan.

ü  Behaviorisme pelopornya Watson. Teorinya Sarbon (Stimulus and Response Bond Theory) secara refleks kalau ada stimulus lalu timbul respon.

Secara garis besar faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut ini:
1.          Perhatian. Jika anak diperhatikan dan dipantau terus maka ia akan aktif belajar. Selanjutnya setiap hasilnya ditunjukkan/dilaporkan kepada gurunya.
2.          Penghargaan merupakan matif manusia. Anak memerlukan penghargaan. Oleh karena itu, siswa perlu dihargai. Misalnya: berupa ucapan selamat, hadiah dan pujian.
3.          Kreatif. Anak yang kreatif biasanya aktif dalam belajar. Ia selalu bersemangat dan senang bereksperimen/mencoba-coba. Apabila guru menghadapi anak dengan kriteria, seperti ini harus sabar, sebab kadang-kadang si anak ingin menang sendiri, minta perhatian, dan suka mengganggu.
4.          Peralatan yang lengkap. Jika peralatan belajar lengkap, ada kecenderungan anak belajar dengan tekun.
5.          Pemecahan masalah. Berilah kesempatan yang cukup bagi anak untuk berlatih memecahkan masalah sehingga ia akan aktif dan tidak hanya mencatat serta mendengar guru.
6.          Menemukan sesuatu. Anak yang mampu menemukan sesuatu selama belajar, biasanya dilakukan oleh anak yang aktif belajar.
7.          Anak yang berkerja dalam kelompok melatih diri untuk melakukan demokrasi, adanya pembagian tugas/kerja sama dalam melakukan kegiatan.



MODEL PENDIDIKAN di  TK
         Ada beberapa model pendidikan yang dapat dikembangkan pada pendidikan prasekolah. Model-model tersebut mempunyai prinsip dan keunggulan sendiri. Model-model tersebut tidak bisa diterapkan secara bersamaan, maka dari itu sekolah harus bisa memilih model pendidikan yang sesuai dengan visi dan misi yang diinginkan sekolah agar terlaksana dengan baik. Berikut adalah beberapa model pendidikan.
·       Martin Luther (1483-1546)
Martin menganggap tujuan utama dalam belajar adalah agama. Walaupun kini, agama bukan fokus utama dalam pendidikan pada umumnya. Tapi ada dua ide yang sampai saat ini masih konsisten dalam kurikulum. Ia sangat menganjurkan bahwa pendidikan musik dan fisik sebaiknya merupakan bagian yang integral (utuh) dari kurikulum. Sementara itu Luther yakin bahwa keluarga merupakan lembaga yang paling pentig dalam pendidikan anak. Luther juga mengajak para orang tua untuk membimbing anak dalam pendidikan agama sejak di rumah. Dengan pembaruan gereja, Luther yakin akan mempengaruhi sistem pendidikan pula.
·      Jean Jaques Roussean (1712-1778)
Dalam bukunya Emile Roussean berpendapat bahwa Tuhan menciptakan segalanya baik, adanya campur tangan manusia menjadikannya jahat. Ia menyarankan kembali ke alam (a return to nature) dan pendidikan bersifat ilmiah (pendekatan naturalisme). Agar dapat menghasilkan berbagai kebahagiaan, spontanitas dan rasa ingin tahu. Dia mengatakan segala yang tidak ada sejak seseorang dilahirkan, dan dibutuhkan pada saat perkembangannya akan diperoleh dalam pendidikan, dan pendidikan tersebut akan didapat dari alam, manusia dan dari benda. Yang disebut konsep unfolding, dimana bawaan dari anak menuju apa yang akan terjadi unfold adalah hasil dari kematangan (maturation) yang dikaitkan dengan jadwal perkembangan yang sifatnya bawaan. Pada prinsipnya adalah orang tua memberikan kebebasan bagi anak agar berkembang secara alami.
·      Johan Heinrick Pestalozzi (1746-1827)
Metode ini merupakan perpaduan yang serasi antara nature dan pendidikan yang praktis, yaitu membimbing anak dengan berlahan dan dengan usaha anak sendiri, bermula dari sense impression menuju ide-ide abstrak. Segala bentuk pendidikan adalah berdasarkan pengaruh dari panca indra dan melalui pengalaman dan potensi yang dimilikinya dapat dikembangkan. Cara terbaik yaitu melalui pengalaman antara lain menghitung, mengukur, merasakan, menyentuh.
·      Friederich Wilhelm Froebel (1782-1852)
Pengenalan diperoleh dari pengalaman. Dengan demikian kegiatan bermain yang tidak berstruktur akan sangat berbahaya. Kurikulum yang dirancang Froebel meliputi kegiatan seni dan keahlian serta membangun/ konstruksi. Melalui kegiatan bermain lilin (clay), kayu dan kotak-kotak juga menggulung kertas, menganyam, melipat dan menusuk kertas, dll. Semuanya dilakukan dengan bermain yang berprinsip aktivitas, kebebasan, pengamatan dan peragaan.
·      Ki Hajar Dewantara (1889-1959)
Dalam Perguruan Taman Siswa diatur sistem pendidikan, yaitu jenjang taman indira, taman muda, taman dewasa, taman madya dan sarjana wiyata. Yang berisi penanaman nilai budi pekerti, nilai seni, nilai budaya, kecerdasan, keterampilan dan agama. Sistem among adalah cara pendekatan paling tepat dilakukan di indonesia. Bahkan istilahnya yaitu “pendidik adalah hamba anak” yang harus melayani dan memberi kebebasan pada anak agar senang. Pembentukan pribadi anak dilakukan oleh dasar (bakat) dan ajar (lingkungan).
·      Maria Montessori (1870-1952)
Berikut beberapa pandangan montessori:
ü  Semua bentuk pendidikan diri sendiri
Dengan cara menumbuhkan aktivitas pada diri anak dalam segala macam kegiatan.
ü  Pendidikan pendosentris
Anak membutuhkan perhatian secara individual agar kemampuannya dapat berkembang.
ü Masa peka
Ditandai dengan potensi yang menunjukkan kepekaan untuk berkembang. Dan pendidikan harusnya menstimulasi (memberi arahan) yang berguna bagi anak.
ü  Anak yang memperoleh kebebasan dapat berkembang dengan baik. Sebaiknya pendidik menciptakan kondisi yang bebas dari tekanan/ paksaan yang membatasi mereka.
·       Model Waldorf
Model ini dikembangkan di Eropa oleh Rudolf Steiner, seorang pendidik, visionary dan ilmuan besar. Yang bertujuan pengasuhan yang artistic, secara spiritual dan intelektual untuk mencapai potensi yang dikembangkan dalam kurikulum, jenis pengajaran dan persatuan seni-seni kedalam subjek.
Di sekolah Waldorf anak diajarkan agar menjadi seorang artis, ilmuan, penulis, tukang kebun, tukang kayu, ahli matematika, dll. Mendesain sistem pengajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Rudolf memfokuskan pada seni-seni seperti musik, drama, jahit menjahit, melukis,dll.
·         Model Bank Street
Bertujuan untuk mengembangkan kepribadian anak secara keseluruhan. Suatu kontribusi kearah pengembangan sifat baik anak dengan cara menghilangkan gangguan yang merupakan sumber kenakalan, kekerasan dan pemberontakan.
Anak memperluas pengetahuan mereka dengan buku-buku yang membantu mereka memvisualisasikan sesuai dengan yang pernah mereka lihat. Secara bersama-sama gambar dan konteks dapat membantu anak untuk memperluas kosa kata.
·         Model High Scope
Model ini berdasarkan ide-ide perkembangan Jean Piaget. Ada 3 macam cara membantu anak untuk mengetahui sesuatu, sebagai berikut:
ü  Melalui interaksi.
Mempelajari sesuatu dari manusia lain karena berbahasa adalah tingkah laku berbudaya.
ü  Melalui pengetahuan fisik.
Mengetahui sifat fisik dari suatu benda yang didapat dari lingkungannya.
ü Mengetahui berarti logico-mathematical.
Meliputi pengertian angka, serial, klasifikasi, waktu, ruang dan konservasi. Menunjukkan adanya proses mental yang dikaitkan dengan hadirnya benda secara fisik.
Pendidikan usia dini model ini memandang anak sebagai pelajar yang aktif dan belajar dari kegiatan yang mereka rencanakan sendiri, mereka laksanakan dan mereka merefleksikannya. Anak juga diikut sertakan dalam membuat membuat pilihan, memecahkan masalah dan mengontribusikan perkembangan mereka sendiri.
·       Moving Class
Didalam sebuah kegiatan, anak selalu dibiasakan untuk bergerak agar berkembang jiwanya, bersosialisasikan dengan banyak orang. Agar mengetahui kepribadian teman-temannya yang berbeda dan membiasakan anak agar terbina rasa toleransinya, kesabarannya, dan lebih menghargai anak lain. Sebuah kelas harus hidup, selalu ada kegiatan motorik yang diikuti dengan kemampuan motorik kasar.
·       Interaksionis
Inti dari model ini adalah agar anak selalu berhubungan dengan anak lain. Jangan sampai anak menyendiri di sudut kelas. Adanya hubungan antar anak ini mempengaruhi perkembangan panca indranya. Agar anak pandai berbicara, berjalan, berlari, terampil dan termotivasi dalam melakukan berbagai kegiatan dan mendapat banyak pengalaman. Karena dengan banyaknya interaksi dengan orang lain maka dapat mendewasakan anak tersebut.
·       Tingkah Laku 
Dalam berinteraksi dengan orang lain tentang tingkah laku teman-temannya yang bermacam-macam, mereka mengamati dengan motorik kasar dan halus yang mereka miliki. Semua ini dilakukan dengan tanpa paksaan/tekanan. Tingkah laku anak ini dilakukan secara wajar dan apa adanya. Oleh karena itu, aliran behaviorisme mengatakan bahwa kepribadian anak tersebut dapat dilihat dari tingkah laku yang nampak. Hal ini ada benarnya, sebab tingkah laku tersebut adalah gambaran anak yang sebenarnya tanpa pengaruh orang lain. Dengan nampaknya tingkah laku anak, maka guru dapat mendidik secara tepat.