Pengertian Belajar
Banyak para ahli yang menafsirkan
bahwa belajar merupakan taraf menuju kedewasaan.
Akan tetapi, hasil dari belajar tidak hanya dipengaruhi faktor pendidik saja.
Tetapi faktor peserta didik juga mempengaruhi hasil dari belajar. Pada dasarnya
belajar adalah proses perubahan yang terus-menerus terjadi dalam diri individu
yang tidak ditentukan oleh keturunan.
Apa yang dipelajari dan bagaimana
kondisi belajar adalah dua aspek
yang penting dalam proses belajar. Guru sebagai orang yang mengatur proses
belajar harus merancang, memilih, dan menata peristiwa di luar diri anak serta
sekaligus mengawasinya.
Aspek lain yang perlu diperhatikan guru adalah memahami yang belajar dan situasi belajar. Adapun ciri-ciri belajar, yaitu:
1.
Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang
berfungsi terus-menerus. Contohnya: belajar membaca lalu dapat membaca. Setelah
membaca maka pengetahuannya bertambah.
2.
Belajar adalah perbuatan sadar karena itu setiap peristiwa belajar selalu mempunyai tujuan. Proses
belajar selalu mempunyai arah tujuan secara sadar, guru yang mengajar selalu
mempunyai tujuan.
3.
Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan
keseluruhan tingkah laku yang mengintegrasikan semua aspek antara lain: norma,
fakta, sikap, pengertian, kecakapan, dan keterampilan.
Fungsi dan Tujuan TK
Taman
kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia
6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal
Di TK, siswa
diberi kesempatan untuk belajar dan diberikan kurikulum pembelajaran yang sesuai
dengan usia pada tiap-tiap tingkatannya. Siswa diajarkan mengenai hal-ihwal
berikut ini:
·
Agama,
·
Budi bahasa,
·
Berhitung,
·
Membaca (mengenal aksara dan ejaan),
·
Bernyanyi,
·
Bersosialisasi dalam lingkungan
keluarga dan teman-teman sepermainannya, dan
·
Berbagai macam keterampilan lainnya.
Tujuan TK
adalah meningkatkan daya cipta anak-anak dan memacunya untuk belajar mengenal
berbagai macam ilmu pengetahuan melalui pendekatan nilai budi
bahasa, agama, sosial, emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni, dan
kemandirian. Semua dirancang sebagai upaya mengembangkan daya pikir dan peranan
anak dalam hidupnya. kegiatan belajar ini dikemas dalam model belajar sambil
bermain.
Teori Belajar
Berikut beberapa teori, yaitu:
ü Teori Thorndike (Koneksionisme
Bond Psychology) adalah seorang tokoh dalam psikologi pendidikan yang besar
pengaruhnya. Yang menjadi dasar belajar ialah asosiasi: antara kesan panca indera dengan
simpul untuk bertindak. Belajar adalah sifat trial and error artinya
usaha dan kegagalan.
ü Behaviorisme pelopornya
Watson. Teorinya Sarbon (Stimulus and Response Bond Theory) secara
refleks kalau ada stimulus lalu timbul respon.
Secara garis besar faktor yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut ini:
1.
Perhatian. Jika anak diperhatikan dan dipantau terus maka ia akan aktif
belajar. Selanjutnya setiap hasilnya ditunjukkan/dilaporkan kepada gurunya.
2.
Penghargaan
merupakan matif manusia. Anak memerlukan
penghargaan. Oleh karena itu, siswa perlu dihargai. Misalnya: berupa ucapan
selamat, hadiah dan pujian.
3.
Kreatif. Anak yang kreatif biasanya aktif dalam belajar. Ia selalu
bersemangat dan senang bereksperimen/mencoba-coba. Apabila guru menghadapi anak
dengan kriteria, seperti ini harus sabar, sebab kadang-kadang si anak ingin menang
sendiri, minta perhatian, dan suka mengganggu.
4.
Peralatan
yang lengkap. Jika peralatan
belajar lengkap, ada kecenderungan anak belajar dengan tekun.
5.
Pemecahan
masalah. Berilah kesempatan yang cukup bagi
anak untuk berlatih memecahkan masalah sehingga ia akan aktif dan tidak hanya
mencatat serta mendengar guru.
6.
Menemukan
sesuatu. Anak yang mampu menemukan sesuatu
selama belajar, biasanya dilakukan oleh anak yang aktif belajar.
7.
Anak
yang berkerja dalam
kelompok melatih diri untuk melakukan demokrasi, adanya pembagian tugas/kerja
sama dalam melakukan kegiatan.
Ada beberapa model pendidikan yang dapat dikembangkan pada
pendidikan prasekolah. Model-model tersebut mempunyai prinsip dan keunggulan
sendiri. Model-model tersebut tidak bisa diterapkan secara bersamaan, maka dari
itu sekolah harus bisa memilih model pendidikan yang sesuai dengan visi dan
misi yang diinginkan sekolah agar terlaksana dengan baik. Berikut adalah
beberapa model pendidikan.
·
Martin Luther (1483-1546)
Martin
menganggap tujuan utama dalam belajar adalah agama. Walaupun kini, agama bukan
fokus utama dalam pendidikan pada umumnya. Tapi ada dua ide yang sampai saat
ini masih konsisten dalam kurikulum. Ia sangat menganjurkan bahwa pendidikan
musik dan fisik sebaiknya merupakan bagian yang integral (utuh) dari kurikulum.
Sementara itu Luther yakin bahwa keluarga merupakan lembaga yang paling pentig
dalam pendidikan anak. Luther juga mengajak para orang tua untuk membimbing
anak dalam pendidikan agama sejak di rumah. Dengan pembaruan gereja, Luther
yakin akan mempengaruhi sistem pendidikan pula.
·
Jean Jaques Roussean (1712-1778)
Dalam bukunya
Emile Roussean berpendapat bahwa Tuhan menciptakan segalanya baik, adanya
campur tangan manusia menjadikannya jahat. Ia menyarankan kembali ke alam (a
return to nature) dan pendidikan bersifat ilmiah (pendekatan naturalisme). Agar
dapat menghasilkan berbagai kebahagiaan, spontanitas dan rasa ingin tahu. Dia
mengatakan segala yang tidak ada sejak seseorang dilahirkan, dan dibutuhkan
pada saat perkembangannya akan diperoleh dalam pendidikan, dan pendidikan
tersebut akan didapat dari alam, manusia dan dari benda. Yang disebut konsep
unfolding, dimana bawaan dari anak menuju apa yang akan terjadi unfold adalah
hasil dari kematangan (maturation) yang dikaitkan dengan jadwal perkembangan
yang sifatnya bawaan. Pada prinsipnya adalah orang tua memberikan kebebasan
bagi anak agar berkembang secara alami.
·
Johan Heinrick Pestalozzi (1746-1827)
Metode ini
merupakan perpaduan yang serasi antara nature dan pendidikan yang praktis,
yaitu membimbing anak dengan berlahan dan dengan usaha anak sendiri, bermula
dari sense impression menuju ide-ide abstrak. Segala bentuk pendidikan adalah
berdasarkan pengaruh dari panca indra dan melalui pengalaman dan potensi yang
dimilikinya dapat dikembangkan. Cara terbaik yaitu melalui pengalaman antara
lain menghitung, mengukur, merasakan, menyentuh.
·
Friederich Wilhelm Froebel (1782-1852)
Pengenalan
diperoleh dari pengalaman. Dengan demikian kegiatan bermain yang tidak
berstruktur akan sangat berbahaya. Kurikulum yang dirancang Froebel meliputi
kegiatan seni dan keahlian serta membangun/ konstruksi. Melalui kegiatan
bermain lilin (clay), kayu dan kotak-kotak juga menggulung kertas, menganyam,
melipat dan menusuk kertas, dll. Semuanya dilakukan dengan bermain yang
berprinsip aktivitas, kebebasan, pengamatan dan peragaan.
·
Ki Hajar Dewantara (1889-1959)
Dalam Perguruan
Taman Siswa diatur sistem pendidikan, yaitu jenjang taman indira, taman muda,
taman dewasa, taman madya dan sarjana wiyata. Yang berisi penanaman nilai budi
pekerti, nilai seni, nilai budaya, kecerdasan, keterampilan dan agama. Sistem
among adalah cara pendekatan paling tepat dilakukan di indonesia. Bahkan
istilahnya yaitu “pendidik adalah hamba anak” yang harus melayani dan memberi
kebebasan pada anak agar senang. Pembentukan pribadi anak dilakukan oleh dasar
(bakat) dan ajar (lingkungan).
·
Maria Montessori (1870-1952)
Berikut beberapa pandangan montessori:
ü Semua bentuk
pendidikan diri sendiri
Dengan
cara menumbuhkan aktivitas pada diri anak dalam segala macam kegiatan.
ü Pendidikan
pendosentris
Anak
membutuhkan perhatian secara individual agar kemampuannya dapat berkembang.
ü Masa peka
Ditandai
dengan potensi yang menunjukkan kepekaan untuk berkembang. Dan pendidikan
harusnya menstimulasi (memberi arahan) yang berguna bagi anak.
ü Anak yang
memperoleh kebebasan dapat berkembang dengan baik. Sebaiknya pendidik
menciptakan kondisi yang bebas dari tekanan/ paksaan yang membatasi mereka.
·
Model Waldorf
Model ini dikembangkan di Eropa oleh Rudolf Steiner, seorang
pendidik, visionary dan ilmuan besar. Yang bertujuan pengasuhan yang artistic,
secara spiritual dan intelektual untuk mencapai potensi yang dikembangkan dalam
kurikulum, jenis pengajaran dan persatuan seni-seni kedalam subjek.
Di sekolah Waldorf anak diajarkan agar menjadi seorang artis,
ilmuan, penulis, tukang kebun, tukang kayu, ahli matematika, dll. Mendesain
sistem pengajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Rudolf
memfokuskan pada seni-seni seperti musik, drama, jahit menjahit, melukis,dll.
·
Model Bank Street
Bertujuan untuk mengembangkan kepribadian anak secara keseluruhan.
Suatu kontribusi kearah pengembangan sifat baik anak dengan cara menghilangkan
gangguan yang merupakan sumber kenakalan, kekerasan dan pemberontakan.
Anak memperluas pengetahuan mereka dengan buku-buku yang membantu
mereka memvisualisasikan sesuai dengan yang pernah mereka lihat. Secara bersama-sama
gambar dan konteks dapat membantu anak untuk memperluas kosa kata.
·
Model High Scope
Model ini
berdasarkan ide-ide perkembangan Jean Piaget. Ada 3 macam cara membantu anak
untuk mengetahui sesuatu, sebagai berikut:
ü Melalui
interaksi.
Mempelajari
sesuatu dari manusia lain karena berbahasa adalah tingkah laku berbudaya.
ü Melalui
pengetahuan fisik.
Mengetahui
sifat fisik dari suatu benda yang didapat dari lingkungannya.
ü Mengetahui
berarti logico-mathematical.
Meliputi
pengertian angka, serial, klasifikasi, waktu, ruang dan konservasi. Menunjukkan
adanya proses mental yang dikaitkan dengan hadirnya benda secara fisik.
Pendidikan usia
dini model ini memandang anak sebagai pelajar yang aktif dan belajar dari
kegiatan yang mereka rencanakan sendiri, mereka laksanakan dan mereka
merefleksikannya. Anak juga diikut sertakan dalam membuat membuat pilihan,
memecahkan masalah dan mengontribusikan perkembangan mereka sendiri.
·
Moving Class
Didalam sebuah
kegiatan, anak selalu dibiasakan untuk bergerak agar berkembang jiwanya,
bersosialisasikan dengan banyak orang. Agar mengetahui kepribadian
teman-temannya yang berbeda dan membiasakan anak agar terbina rasa
toleransinya, kesabarannya, dan lebih menghargai anak lain. Sebuah kelas harus
hidup, selalu ada kegiatan motorik yang diikuti dengan kemampuan motorik kasar.
·
Interaksionis
Inti dari model ini adalah agar anak selalu berhubungan dengan anak
lain. Jangan sampai anak menyendiri di sudut kelas. Adanya hubungan antar anak
ini mempengaruhi perkembangan panca indranya. Agar anak pandai berbicara,
berjalan, berlari, terampil dan termotivasi dalam melakukan berbagai kegiatan
dan mendapat banyak pengalaman. Karena dengan banyaknya interaksi dengan orang
lain maka dapat mendewasakan anak tersebut.
·
Tingkah Laku
Dalam
berinteraksi dengan orang lain tentang tingkah laku teman-temannya yang
bermacam-macam, mereka mengamati dengan motorik kasar dan halus yang mereka
miliki. Semua ini dilakukan dengan tanpa paksaan/tekanan. Tingkah laku anak ini
dilakukan secara wajar dan apa adanya. Oleh karena itu, aliran behaviorisme
mengatakan bahwa kepribadian anak tersebut dapat dilihat dari tingkah laku yang
nampak. Hal ini ada benarnya, sebab tingkah laku tersebut adalah gambaran anak
yang sebenarnya tanpa pengaruh orang lain. Dengan nampaknya tingkah laku anak,
maka guru dapat mendidik secara tepat.