23 Juni 2015

REVIEW: Shiver


Annyeonghaseo..

Setelah kemarin saya udah posting review novel buatan orang keturunan cina, sekarang giliran novel terjemahan asli NewYork yang dibedah. Novel ini gak sengaja aku temukan saat toko buku terbesar dan termahal serta punya banyak cabang itu lagi cuci gudang. Sebenarnya saat akan membeli buku ini aku agak ragu. Karena apa? Karena harganya sama dengan novel Twilight the series. Aku dibuat galau dan bingung hampir setengah jam sambil megang dua buku yang berbeda. Akhirnya aku putuskan untuk ambil yang bersampul putih. Judulnya SHIVER.

Bersampul putih dan bergambar serigala putih yang sedang dipeluk wanita berambut pirang. Perihal inilah aku dibuat penasaran. Maggie Stiefvater ini mampu membuat cerita ala serigala versinya sendiri. sebenarnya aku lebih suka serigala Jacob, dari pada serigala versi Maggie ini. Tapi apa mau dikata, justru kelemahan serigala inilah yang membuat konflik di dalamnya makin seru.

Buku ini berisi enam puluh tujuh bab. Tiap bab, diatasnya selalu ada sebuah nama, kalau gak Grace ya Sam. Awalnya aku kira itu judulnya, namun lama kelamaan aku tahu. Itu adalah tanda bahwa bab itu ditulis dari sudut pandang siapa.

Grace adalah seorang anak perempuan tunggal yang sangat mandiri untuk ukuran usia. Karena tuntutan dari orang tua yang tidak perhatian, dia pernah mengalami sebuah kecelakaan di belakang rumahnya. Kalian bisa bayangkan seperti rumah ‘Bella’ yang belakang rumahnya langsung berhadapan dengan hutan. Sama dengan rumah Grace ini.

Sebuah serangan dari segerombolan serigala di musim dingin. Serangan itu membuat dirinya gak sadarkan diri atau pura-pura gak sadar. Yang dia ingat adalah sebuah tatapan hangat dari sepasang mata serigala berwarna kuning emas itu.

Setelah serangan itu, membuat indera penciumannya lebih peka dari pada manusia normal lainnya. Dan sejak kecelakaan itu, Grace selalu mencari sosok serigala putih bermata emas tiap musim dingin datang. Gak hanya Grace yang menunggu, ternyata si serigala itu selalu menunggu di belakang rumah untuk menatap Grace juga. Meski hanya kebisuan diantara mereka. Maka dari itu, saat musim panas yang terik, Grace jadi makin rindu dengan sosok serigala itu yang tak muncul.

Seperti novel lainnya, serigala di novel ini bukanlah seekor hewan tulen. Melainkan gubahan. Kalau di Twilight, serigala adalah keturunan dari nenek moyang. Kalau di novel ini, serigala adalah sosok manusia yang dulunya normal lalu bisa berubah karena sebuah virus yang disuntikkan. Bedanya jika di Twilight berubah bentuk bisa sesuka hati, namun di sini berubah bentuk serigala jika musim dingin tiba. Jika musim panas datang, mereka kembali normal.

Jika kalian lihat serigala di Twilight bisa bersahabat dengan manusia, berbeda dengan serigala di novel ini. Mereka bahkan memburu manusia lebih ganas dari pada vampire. Mereka seakan gak sadar jika berada di bentuk serigala. Karena selain darah yang mereka butuhkan, mereka juga makan daging manusia. Inilah yang membuat keturunan serigala di novel ini bertambah.

Sosok ini bernama Sam. Di dalam novel ini dijelaskan pula sejarah asal usul Sam bisa jadi serigala. Inilah yang bikin aku sedih dengan sosok Sam ini. Seperti jatuh, tertimpa tangga pula. Itu kiasan yang pas buat dia. Kebahagiannya yang tersisa hanya bersama Grace, gak ada yang lain.

Hingga suatu hari Grace bertemu serigala putih kesayangannya di musim panas. Tentunya dalam wujud manusia. Hingga menimbulkan ketertarikan satu sama lain. Tapi sayang itu adalah musim panas terakhir yang bisa dia nikmati dalam bentuk tubuh manusia.

Satu fakta yang menyedihkan di novel ini adalah singkatnya waktu yang dimiliki para serigala untuk berubah tiap musimnya. Semakin tua dia menjadi serigala, maka semakin jarang dia bisa kembali ke wujud manusia. Bahkan bisa jadi tidak berubah sama sekali dan selamanya.

Hingga suatu saat Grace tahu hal ini, dan bertekat menahan Sam berubah wujud sambil mencari penawar virus itu. Salah satu solusi berbahaya adalah menyuntikkan darah yang terinfeksi meningitis di sebuah klinik untuk membuatnya tetap menjadi sosok manusia dengan tidak ada jaminan itu berhasil. Atau membiarkannya berubah bentuk di musim dingin ini tanpa bisa kembali ke wujud manusia selamanya. Kalian bisa bayangkan betapa galaunya Grace ini. Hasil yang akan dia ketahui jika Sam disuntik darah itu hanya dua kemungkinan. Sembuh dan tetap menjadi manusia atau mati.

Penasaran dengan cerita akhirnya? Segera beli novelnya dan baca. Aku yakin setelah itu mata kalian akan bengkak karena menagis. Karena itu yang terjadi padaku. Mungkin sekian dulu review-nya. Besok aku akan kembali dengan buku terjemahan lainnya. Bye bye :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar