21 Juni 2015

REVIEW: Scarlet Preludium



Annyeonghaseo…

Huh, akhirnya hari ini aku lagi2 khatam baca satu buku. Hari ini buku yang aku baca sebuah novel buatan anak negeri sendiri. Tema tentang cinta, kehidupan, dan sedikit percikan musik di dalamnya. Sampul hitam berisi model perempuan dibalik piano itu bikin aku heran waktu pertama kali lihat karena selain sampu, judulnya pun bikin otakku muncul banyak tanda tanya.  SCARLET PRELUDIUM. Heran kan? Sama. Ternyata usut punya usut, nama lakon utamanya adalah ‘Scarlet’. Kadang dipanggil teman2nya dengan ‘scar’. Kalo lidahnya orang indo pasti terdengan seperti ‘sekar’. Hahaha
 

Cerita ini sungguh penuh dengan cobaan. Memang awalnya kita dibuat penasaran, ini lakon pertama kenapa? Kok gini? Kok bisa? Gitu aja pertanyaan yang lekat di otak sampai terus ku baca aja dan menemukan fakta waktu tokoh utama perempuan itu terpaksa harus mengeluarkan unek2nya kepada lakon utama laki-laki.

Aku bener2 suka waktu dua lakon ini saling ketemu, meski gak di tulis secara detail. Tapi dengan sikap perempuan yang apa adanya dan gak dibuat2 ini menunjukkan langsung ke pemeran laki. Apalagi ada seorang penengah yang menyambungkan kedua lakon ini.

Awalnya aku kira masalah hanya berasal dari masa lalu aja, tenyata itu hanya pengiring sebelum pencapai puncaknya. Karena puncak cerita sebenarnya yaitu saat orang penengah diantara mereka merupakan orang ketiga cinta diantara mereka sendiri. Apalagi orang penengah ini merupakan orang penting buat mereka.

Akhirnya si lakon utama cewek itu terpaksa pergi menjauh dengan suatu alasan. Awalnya gak rela, gak tega, dan gak mau itu terjadi. Tapi punya hak apa lakon utama cowok itu? Mereka hanya sebatas SAHABAT??

Aku suka alur ceritanya, datang tiba-tiba dan mengejutkan kita. Aku juga suka saat penulis membuat kita menangis karena konflik2 yang dialami lakon utama. Apalagi kita bisa dibuat galau saat lakon utama cewek memperlihatkan tanda2 cintanya pada lakon cowok, padahal yang kenyataannya lakon cowok itu mesra2an sama cewek lain. Sakitnya tuh disini…!

Aku juga suka pekerjaan lakon yaitu sebagai pengisi salah satu rubik di majalah, dan dia bisa dengan santai mengerjakan tugasnya di rumah via email. Andai aja aku punya pekerjaan seperti itu. Hanya modal jaringan internet dan laptop kita bisa mengetik pekerjaan, lalu dapat gaji tiap bulan, heemm…

Salah satu lokasi yang sering kita temui adalah launge atau apalah itu sejenis kafe yang selalu dihadiri oleh para musisi atau band lokal.  Heemm kita bisa selalu melihat kedekatan para lakon disini, saat pertama ketemu, saat ngerayain ulang tahun, saat rahasia itu terbongkar, dan saat-saat lainnya yang bikin kita wahhh…

Tapi jujur aku rada kecewa dibagian akhir, apa mungkin karena cerita terlalu detail digambarkan mereka gembira dan bersatu, jadi kesannya aku udah bisa nebak aja. Padahal aku lebih suka kalau salah satu lakon ada yang mati hehheehe.. Apalagi orang keempat yang merupakan masalalu lakon utama perempuan ini kembali dekat, tapi gak dilihatin gimana kelanjutan kisahnya yang penyakitan itu. Apalagi orang ketiga ini, kenapa bisa dengan ikhlas memberi bekas pacarnya seperti itu? Padahal pas pacaran aja diceritain mereka mesra sampe kiss heboh gitu beberapa kali. Minimal harusnya ada sedikit cerita dari sudut pandangnya, biar kelihatan meloow.

Oke, mungkin saranku gak akan mengubah jalan cerita di novel itu. Tapi secara keseluruhan ini cerita bikin mata bengkak, sumpah! Jadi bagi kalian yang cari novel, aku recommend bgt novel satu ini. Bye bye :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar