Annyeonghaseo…
Huh, akhirnya hari ini aku lagi2 khatam baca satu buku. Hari
ini buku yang aku baca sebuah novel buatan anak negeri sendiri. Tema tentang cinta,
kehidupan, dan sedikit percikan musik di dalamnya. Sampul hitam berisi model
perempuan dibalik piano itu bikin aku heran waktu pertama kali lihat karena
selain sampu, judulnya pun bikin otakku muncul banyak tanda tanya. SCARLET PRELUDIUM. Heran kan? Sama. Ternyata usut
punya usut, nama lakon utamanya adalah ‘Scarlet’. Kadang dipanggil teman2nya
dengan ‘scar’. Kalo lidahnya orang indo pasti terdengan seperti ‘sekar’. Hahaha
Cerita ini sungguh penuh dengan cobaan. Memang awalnya
kita dibuat penasaran, ini lakon pertama kenapa? Kok gini? Kok bisa? Gitu aja
pertanyaan yang lekat di otak sampai terus ku baca aja dan menemukan fakta
waktu tokoh utama perempuan itu terpaksa harus mengeluarkan unek2nya kepada
lakon utama laki-laki.
Aku bener2 suka waktu dua lakon ini saling ketemu, meski
gak di tulis secara detail. Tapi dengan sikap perempuan yang apa adanya dan gak
dibuat2 ini menunjukkan langsung ke pemeran laki. Apalagi ada seorang penengah
yang menyambungkan kedua lakon ini.
Awalnya aku kira masalah hanya berasal dari masa lalu
aja, tenyata itu hanya pengiring sebelum pencapai puncaknya. Karena puncak
cerita sebenarnya yaitu saat orang penengah diantara mereka merupakan orang
ketiga cinta diantara mereka sendiri. Apalagi orang penengah ini merupakan
orang penting buat mereka.
Akhirnya si lakon utama cewek itu terpaksa pergi menjauh
dengan suatu alasan. Awalnya gak rela, gak tega, dan gak mau itu terjadi. Tapi punya
hak apa lakon utama cowok itu? Mereka hanya sebatas SAHABAT??
Aku suka alur ceritanya, datang tiba-tiba dan
mengejutkan kita. Aku juga suka saat penulis membuat kita menangis karena
konflik2 yang dialami lakon utama. Apalagi kita bisa dibuat galau saat lakon
utama cewek memperlihatkan tanda2 cintanya pada lakon cowok, padahal yang
kenyataannya lakon cowok itu mesra2an sama cewek lain. Sakitnya tuh disini…!
Aku juga suka pekerjaan lakon yaitu sebagai pengisi
salah satu rubik di majalah, dan dia bisa dengan santai mengerjakan tugasnya di
rumah via email. Andai aja aku punya pekerjaan seperti itu. Hanya modal
jaringan internet dan laptop kita bisa mengetik pekerjaan, lalu dapat gaji tiap
bulan, heemm…
Salah satu lokasi yang sering kita temui adalah launge atau apalah itu sejenis kafe yang
selalu dihadiri oleh para musisi atau band lokal. Heemm kita bisa selalu melihat kedekatan para
lakon disini, saat pertama ketemu, saat ngerayain ulang tahun, saat rahasia itu
terbongkar, dan saat-saat lainnya yang bikin kita wahhh…
Tapi jujur aku rada kecewa dibagian akhir, apa mungkin
karena cerita terlalu detail digambarkan mereka gembira dan bersatu, jadi
kesannya aku udah bisa nebak aja. Padahal aku lebih suka kalau salah satu lakon
ada yang mati hehheehe.. Apalagi orang keempat yang merupakan masalalu lakon
utama perempuan ini kembali dekat, tapi gak dilihatin gimana kelanjutan
kisahnya yang penyakitan itu. Apalagi orang ketiga ini, kenapa bisa dengan
ikhlas memberi bekas pacarnya seperti itu? Padahal pas pacaran aja diceritain
mereka mesra sampe kiss heboh gitu beberapa kali. Minimal harusnya ada sedikit
cerita dari sudut pandangnya, biar kelihatan meloow.
Oke, mungkin saranku gak akan mengubah jalan cerita di
novel itu. Tapi secara keseluruhan ini cerita bikin mata bengkak, sumpah! Jadi bagi
kalian yang cari novel, aku recommend bgt novel satu ini. Bye bye :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar