16 Januari 2016

REVIEW: Cinta Dua Perempuan

Annyeonhaseoo..

kali ini aku mau bahas salah satu novel dari penulis lawas yang ku temukan di perpusda. sesuai judulnya, di dalam sini ada dua tokoh utama yang diceritakan. lagi2 fokus utamanya adalah cinta.

 

dua perempuan ini bernama Ningtyas dan Puri, mereka punya hubungan tante dan ponakan yang sebenarnya berselisih umur hanya dua tahun. dengan nama jadul seperti itu, kalian bisa bayangkan bagaimana zaman mereka waktu itu. kisah tiga zaman itu maksudnya mereka lalui sejak jaman penjajahan belanda, jepang, lalu jaman kemerdekaan.


mereka berdua ini pun termasuk kalangan ningrat yang hidup di rumah besar bersama keluarga besar pula, jadi serba kecukupan dan tak ikut sengsaranya peperangan. meski ada beberapa tragedi di dalamnya. kita mulai dari jaman belanda, ningtyas yang sudah punya pacar seorang prajurit belanda membuatnya berdandan ala none none gitu. tapi diam2 ada lelaki perantauan dari makasar [Jiwat] yang naksir dia dan mulai PDKT.  

lain halnya dengan puri, dia sudah punya Sasongko dari kalangan orang miskin. tapi mereka terpisah jauh dengan alasan sekolah lagi. bagaimana orang miskin bisa lanjutkan sekolah? ternyata dia dibiayai saudagar kaya dengan ganjaran harus menikahi putri tunggalnya yang penyakitan. bagaimana dia harus menolak?

hingga waktu mempertemukan mereka berempat kembali saat latihan musik pemuda di rumah ningrat ini. ternyata jiwat dan sasongko adalah teman lama. jiwat makin gempar2nya caper ke ningtyas. tapi berbeda dengan sasongko yang malah mengurung dirinya berdua di rumah bersama anaknya, karena istrinya sudah meninggal.

saat jaman berganti jepang, hubungan ningtyas kandas tiba2, dan jiwat semakin punya peluang. tapi oleh ningtyas malah ditinggal belajar ke jepang karena beasiswa dari pemerintah jepang bagi para gadis. sedangkan puri? dia sudah mendengar fakta bahwa sasongko adalah duda beranak satu saat ini. tapi karena sasongko gak ada action, akhirnya puri pun hanya bisa berdiam diri.

berbeda dengan jiwat yang ternyata mendengar selentingan kabar bahwa pelajar yang menerima beasiswa ke jepang itu hanya tipuan, maka dengan rela berani jiwat dengan biaya kakak ningtyas [ayah puri] dia berangkat menyelami lautan untuk menemukan ningtyas yang tenggelam bersama rombongan kapal yang terserang belanda.

akhirnya ningtyas bisa pulang kembali dengan selamat, bahkan sifat dan sikap buruknya berubah sejak kejadian itu. bahkan ningtyas menyadari rasanya juga terhadap jiwat saat ditolong. sasongko pun mulai menyadari kesalahannya dan memulai lagi dengan berani. tapi apakah kisah cintanya berjalan lancar?  

ternyata mereka saling menunggu, puri menunggu ningtyas menikah terlebih dahulu. sedangkan ningtyas menunggu jepang pergi meninggalkan Indonesia. akhirnya saat Indonesia merdeka pun mereka masih punya hambatan dalam mempersatukan cinta mereka pada hubungan resmi yaitu pernikahan.

baca sendiri novel ini, ditulis dengan bahasa lawas yang tidak bikin puyeng, bahkan kita bisa sekalian tahu tentang sejarah dan sulitnya di masa itu. bye bye :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar